Presiden Prabowo Subianto memiliki impian untuk mewujudkan bahan bakar ramah lingkungan biodiesel 100 (B100) di Indonesia. Padahal pemerintah sudah mengembangkan kendaraan listrik lewat hilirisasi nikel dan pembangunan pabrik baterai.
Dengan B100, Prabowo optimistis, Indonesia bisa mencapai swasembada energi.
Merespons hal itu, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing (TMMIN) Nandi Julyanto mengatakan, tidak ada satu solusi untuk menuju era transisi energi karena semua solusi dan teknologi memiliki perannya masing-masing, dan dapat memberikan kontribusi bagi penurunan emisi. Karena itu, pengurangan emisi dapat dilakukan melalui strategi multi-pathway, baik kendaraan konvensional hemat bahan bakar, kendaraan dengan bahan bakar biofuel termasuk bioethanol, serta kendaraan berteknologi elektrifikasi.
“Penggunaan EBT (Energi Baru dan Terbarukan) seperti bioenergi dapat membantu mengurangi ketergantungan konsumsi bahan bakar fosil di semua sektor terkait seperti pembangkit listrik, domestik, industri, dan sektor transportasi. Bioenergi termasuk bioethanol dan biofuel, memainkan peranan utama dalam mendukung Indonesia untuk menuju transisi energi serta mereduksi emisi,” ujar Nandi Julyanto dalam keterangannya Senin (4/11/2024).
Era elektrifikasi tidak boleh meninggalkan industri otomotif nasional yang selama ini telah berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Setiap teknologi memiliki perannya masing-masing. Semua harus dikembangkan untuk memenuhi tujuan nasional. Kombinasi kendaraan rendah emisi seperti LCGC dan flexy engine (bio diesel dan bio ethanol), HEV, PHEV, BEV, hingga FCEV.
Green energi seperti biofuel, ethanol, hydogren, serta optimalisasi EBT dalam proses manufaktur yang lebih ramah lingkungan, tidak hanya menekan emisi saja. Peningkatan penggunaan EBT pun membantu kesejahteraan para petani Indonesia. Tidak hanya menekan emisi, namun peningkatan penggunaan EBT juga akan membantu kesejahteraan para petani Indonesia.
Transisi energi menjadi kunci menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Sinergi serta keterlibatan berbagai sektor dalam kolaborasi “Triple Helix” antara Pemerintah, Akademisi, dan Industri otomotif diharapkan dapat memainkan peran signifikan. Pesan ini pun sudah disampaikan dalam seminar nasional seri ke-7 dilaksanakan di Universitas Indonesia (UI) pada pekan lalu.
Senada, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang membawahi puluhan pabrikan mobil di Indonesia juga mewanti-wanti bahwa cara dalam mengurangi emisi bisa melalui berbagai cara atau multi pathway, bukan hanya lewat kendaraan listrik.
“Kalau melihat dari bidang-bidangnya Presiden kan kita harus memanfaatkan sumber daya alam kita agar kita betul-betul bisa mandiri, memenuhi kebutuhan kita sendiri. Tidak tergantung dari import. Dan kalau bisa itu yang mandiri dan kemudian sustain. Nah itu yang harus kita tumbuh kembangkan. Dampaknya luas (penggunaan bio ethanol dan sumber daya lokal lain),” kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (4/11/2024).
Sebelumnya, Prabowo percaya Indonesia bisa swasembada energi terbarukan di masa depan. Energi terbarukan itu diproduksi dari tanaman seperti tebu dan singkong yang bisa menghasilkan etanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan pengganti bensin.
“Kita nanti green energy dan kita akan swasembada energi bensin, dari mana? Dari etanol, etanol dari mana? Dari tebu dan singkong,” kata Prabowo dalam orasi ilmiah saat Wisuda Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) di Bandung, Jawa Barat, Februari lalu.
Lebih lanjut, dia menyampaikan dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia mampu mengubah BBM jenis biodiesel seluruhnya berbahan baku dari kelapa sawit yang bertujuan untuk menghentikan impor bahan bakar dari luar negeri.
“Kita sudah bisa bikin B100, artinya biodiesel dari kelapa sawit 100 persen. Bisa kita bayangkan nggak? Kita tidak akan impor lagi solar dari luar negeri, karena kita punya produksi kelapa sawit sekarang 48 juta ton,” katanya.